Pandemi yang berlangsung membuat pasar investasi berfluktuasi hebat. Para pemegang saham yang merugi merasa cemas dan mencari alternatif investasi lain yang dianggap menjanjikan. Di saat yang sama, pasar crypto sedang menghangat saat ini. Mana yang sebenarnya harus dipilih antara crypto vs saham?
Menentukan produk investasi apa yang harus dibeli tidak bisa dilakukan hanya dengan satu pertimbangan saja. Melakukan asesmen terhadap portofolio dan menentukan profil risiko tetap harus dilakukan untuk bisa mengambil keputusan terbaik.
Risiko Investasi Crypto vs Saham
Apa pun jenisnya, investasi selalu disertai dengan risiko. Pasar bisa mengalami crash karena berbagai alasan. Perusahaan tempat Anda membeli saham bisa saja bangkrut. Jika dilihat dari sisi negatifnya, pasar juga bisa melesat naik dalam waktu singkat. Mempertimbangkan risiko adalah hal terpenting ketika Anda hendak menambahkan aset lain ke dalam portofolio.
Meskipun saham juga mengalami fluktuasi, menurut Kirk Chisholm, manajer kekayaan dan spesialis investasi alternatif di Innovative Advisory Group, risiko dalam investasi adalah hal yang wajar. Hanya saja dalam kasus saham, ada berbagai teknik dan bimbingan yang dapat diikuti untuk memahami bagaimana pergerakan harga. Hal inilah yang tidak akan Anda temukan dalam investasi Bitcoin dan crypto lainnya.
David Stein, mantan kepala strategi investasi dan manajer portofolio untuk dana investasi, crypto memiliki sifat spekulatif. Artinya, nilai yang ada di pasaran sangat bergantung pada penawaran dan permintaan yang ada. Semua altcoin nilainya hanya berdasarkan pada harga yang bersedia dibayar oleh penggunanya.
Dengan posisinya yang terbilang baru di pasar investasi banyak pakar setuju bahwa altcoin belum begitu banyak diadopsi. Ini menjadi risiko tersendiri karena keberadaannya yang bisa digantikan oleh mata uang digital lain. Selain itu, tidak adanya regulasi juga akan berpengaruh pada keberadaannya di pasaran.
Perbandingan Sejarah Bitcoin dengan Sejarah Saham
Karena jumlah crypto sangat banyak, membuat perbandingan saham akan lebih mudah dengan menggunakan Bitcoin sebagai contoh. Termasuk untuk melihat performanya dari waktu ke waktu. Meski tidak bisa digunakan untuk memprediksi nilai investasi di masa depan, catatan performa bisa menjadi cara yang bagus untuk melakukan penilaian.
Pada tahun 2015, harga Bitcoin berfluktuasi antara $200 sampai $500 per koinnya. Namun pada tahun 2017, mendadak harganya naik mencapai level tertinggi $19.891 pada bulan Desember dan kembali turun di bawah $3.500 setahun setelahnya. Pada tahun 2020 saja, Bitcoin sudah mencatatkan lonjakan harga antara $3.585 pada 12 Maret dan $9.074 pada bulan Juli.
Bitcoin memang diketahui memiliki volatilitas yang tinggi sejak awal peluncurannya. Ini membuat harganya tidak bisa dibentuk secara alami. Kenaikan sampai $20.00 terjadi karena pemberitaan dan orang-orang merasa harus membelinya. Harganya kemudian turun dan sekarang bahkan telah melampaui rekor sebelumnya.
Di sisi lain, saham juga mengalami kenaikan dan penurunan. Kadang volatilitas juga bisa terjadi, namun hanya dalam jangka pendek. Namun fluktuasi pasar saham tidak pernah sedramatis Bitcoin. Sejak tahun 2015, pasar saham juga cenderung lebih stabil secara global.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) misalnya, berkisar antara $17.000 sampai $18.000 pada awal 2015. Ketika Bitcoin mencapai puncaknya di bulan Desember 2017 dengan nilai hampir $20.000, DJIA berada pada harga sekitar $24.000. Dan pada bulan Juli, DJIA berada pada kisaran $25.000. Secara historis, pasar saham telah memberikan pengembalian tahunan sekitar 10% (atau 6-7%, jika Anda memperhitungkan nilai inflasi). Hal ini tidak bisa diberlakukan untuk Bitcoin dkk.
Siapa yang Cocok Berinvestasi Crypto?
Bitcoin dan altcoin lainnya cocok Anda pilih jika Anda ingin melakukan sedikit diversifikasi dalam portofolio Anda. Cryptocurrency seperti Bitcoin memberikan alternatif untuk jenis aset yang lebih umum. Bitcoin juga berguna jika Anda menginginkan aset yang tidak berdenominasi dolar atau mata uang fiat domestic lainnya. Ini adalah trik untuk menciptakan portofolio yang tidak terpengaruh pada nilai dolar.
Secara umum, meskipun Anda merasa Bitcoin cocok dengan portofolio Anda, menjadikan cryptocurrency sebagai fokus dari investasi Anda bukanlah strategi yang bagus. Hal ini berhubungan dengan besar risiko yang Anda miliki dan dapat Anda toleransi. Coba tanyakan kembali pada diri Anda, apakah Anda rela kehilangan jumlah sebesar itu dalam portofolio Anda?
Ketika Anda memiliki cryptocurrency dalam portofolio, Anda harus siap nilainya akan mencapai $0 bahkan naik sampai puluhan kali lipat. Jadi, berapa persen seharusnya Anda mengalokasikan portofolio untuk crypto? Para pakar menyarankan 1 hingga 5% saja, tergantung pada toleransi risiko Anda.
Siapa yang Cocok Berinvestasi Saham?
Bagi kebanyakan investor, saham cocok dimasukkan ke dalam portofolio apa saja. Saham bahkan kerap menjadi fokus utama dalam portofolio kebanyakan orang. Anda bisa memperoleh nilai berdasarkan keuntungan. Selain itu, saham dianggap lebih stabil karena karakteristik yang mendasarinya.
Meskipun ada volatilitas jangka pendek, sebagian besar perusahaan yang sudah melantai di bursa saham masih memiliki potensi untuk tetap bertahan di masa depan dan ini memberikan stabilitas. Dengan berinvestasi pada dana indeks berbasis luas atau ETF (exchange-traded fund) yang terdiri dari saham, ada peluang bahwa investasi Anda akan baik-baik saja dalam jangka panjang.
Apakah Berinvestasi Crypto Masih Menjanjikan?
Bagi investor Bitcoin yang sudah lama memasuki pasar, nilai saat ini tentu saja terlihat menggiurkan bagi orang yang belum memiliki Bitcoin. Namun saat ini, masa untuk membeli Bitcoin dengan harga kurang dari $1.000 sudah lewat dan Anda mungkin akan bertanya-tanya, “Apakah sudah terlambat untuk membeli Bitcoin dan menjadikannya sebagai investasi?”
Jawabannya tergantung pada masing-masing investor. Jika Anda percaya pada pergerakan kenaikan harga Bitcoin yang ada, masih ada alasan bagus untuk mempertimbangkannya. Namun, Anda tetap harus hati-hati tentang berapa besar portofolio yang akan dialokasikan untuk itu.
Berinvestasi dalam cryptocurrency sangat layak dilakukan jika itu sesuai dengan tujuan dan profil risiko Anda. Terlebih jika Anda berpikir bahwa adanya keterbatasan suplai dan kemungkinan adopsi yang makin tinggi, Bitcoin dkk bisa menjadi salah satu pilihan investasi yang berharga.
Saat berinvestasi dalam Bitcoin, salah satu risiko terbesar yang akan dihadapi oleh para investor adalah kemungkinan Bitcoin akan hilang, apalagi saat ini ada ribuan altcoin yang bisa jadi alternatif pilihan. Di sisi lain, pasar saham sudah ada sejak lama dengan sejarah panjang yang bisa dibuktikan. Jika Anda menjadikan rekam jejak jangka panjang sebagai indikator dalam pemilihan produk investasi, cryptocurrency tidak cocok untuk Anda.
Memilih produk investasi antara crypto vs saham memang bukan hal yang mudah. Karena itu, pastikan Anda memahami peluang dan risiko keduanya agar bisa mengambil keputusan terbaik.